Cerpen Idolaku


Siang ini di kala sinar matahari yang tak begitu terik dengan cuaca tidak mendung namun masih tetap meteskan rinai hujan yang cukup deras dari langit, aku ingin berbagi surat tentang Idolaku. Seorang idola yang sejak kecil selalu setia menemaniku bermain, mengajariku banyak hal dan mendongengkanku cerita klasik di masa lampau. Dia adalah sosok terhebat yang pantang menyerah hanya untuk mencukupi kehidupan keluarganya, yaitu aku dan ibu. Dia yang selalu mengumbar canda tawa dan leluconnya kepada siapaun. Dia yang tak pernah pamrih ketika banyak orang meminta bantuan kepadanya. Dia yang selalu berupaya keras untuk dapat selalu membahagiakanku dan ibuku. Dia yang selalu di hubungi pertama kali oleh orang-orang sekitarku ketika mereka mengalami kesulitan. Dia adalah sosok yang biasa di sebut oleh banyak orang dengan kata “Ayah”. Ya,, memang bukan hanya aku dan ibu yang memanggilnya dengan sebutan “Ayah”. Disini, hampir semua orang dengan beragam usia dan tahta, menyebutnya dengan nama “Ayah”. Hingga detik inipun aku masih belum paham dengan hal tersebut. Apa istimewanya ayahku ? Apa bedanya dia dengan ayah-ayah yang lain ? Hingga sampai saat ini masih teringat jelas di memori otakku bila setiap pagi selalu saja banyak anak-anak kecil dengan rentang usia 2-8 tahun yang berteriak kecil sambil menggoyang-goyangkan pintu pagar yang sebenarnya mau mereka goyangkan sampai kapanpun, posisinya akan tetap seperti itu. Ya tak lain dan tak bukan, tujuan anak-anak kecil tersebut ialah untuk menyerukan satu nama, yaitu “Ayah”. Kemudian mereka berseru, “Ayah, main yu”, sambil terus menggoyangkan pintu pagar rumah kami. Aku dan ibu yang sedang tertidur pulas pun terbangun. Kemudian dari dalam kamar dengan nyawa yang belum terkumpul penuh dan masih lemas, ibu menjawab, “Ayahnya masih tidur. Kenapa” ?? Lalu mereka berbisik-bisik dengan intonasi yang tidak terlalu jelas kemudian meninggalkan rumah kami.
Hanya satu kata yang ku dengar dengan sayup kala itu, yaitu “Yaaaaaaaaaaaaah” dengan nada penuh sesal. Kala itu jam masih menunjukkan pukul 07.00 pagi. Memang aku, ayah da ibu baru akan bangun ketika pukul 09.00 pagi. Namun dengan kondisi kami yang insya Allah sudah melaksanakan shalat subuh. Ketika jam sudah menunjukkan kurang lebih pukul 09.00, ayah pun turun dari kamar atas dan segera membuka pintu rumah serta pagar. Kemudian selang beberapa detik, ayah keluar dengan gaya sok gagahnya kemudian berkata, “Siapa tadi yang pabggil-panggil ayah hah ? Orang ayahnya lagi tidur juga. Mau ngepain ?” dengan memasang wajah serius namun penuh tawa. Sehingga anak-anak kecil itu berlarian menuju depan rumahku seraya berkata, “Ayah, main yu”. Kemudian ayah membalas, “Mau main apaan hah ? Masih nagnatuk nih ayahnya”. Lalu anak-anak itu berucap, “Ayah bau ih belum mandi. Ih jorok (sambil menunjuk ke arah ayahku kemudian tertawa). Yaudah ayah mandi dulu aja, nanti kita main ya yah”. Ketika aku dan ibu bangun, kami langsung mengatakan kepada ayah bahwa sejak pagi ia sudah dicari anak-anak kecil itu. Ya anak-anak itu memang bukan orang asing di lingkungan kami. Mereka memang anak para penghuni gang ini.
Selain anak-anak usia 2-8 tahun, banyak pula warga sekitar yang bahkan seusia dengannya memanggilnya dengan sebutan “Ayah”.. Ibu-ibu, bapak-bapak dan remaja di gang lain seperti itu menyebut ayahku. Menurutku ayah begitu hebat & menjalankan semuanya dengan ikhlas. Sehingga orang-orang tak segan memintanya bantuan. Ayah juga sering di mintai pendapat tentang hal apapun oleh warga sekitar. Namun yang hingga kini ku ingat ketika aku mulai malas menuruti permintaannya. Dengan wajah marah dan intonasi suara yang menggema sehingga banyak tetangga yang melihatku di marahi ayah dari luar rumah. Atap rumahku lumayan tinggi sehingga sedikit suara saja dapat menimbulkan dentuman yang menggema. Ayah sempat mengatakan kalimat yang sangat menyentuh hatiku, "Anak ayah banyak ko di luar sana. Kamu lihat kan hampir semua orang manggil ayah kamu ini dengan sebutan Ayah !! Masih banyak diluar sana yang lebih peduli dan mau hormat sama ayah. Kalau kamu mau kurang ajar, silahkan  tarik diri kamu jadi anak ayah. Toh cuma 1 anak ayah yang hilang.Masih banyak penggantinya disana". 
Ayah juga sangat tegas dalam bertindak dan berucap. Dia tergolong sosok ayah yang keras dalam hal mendidik anaknya. Namun, walaupun begitu hatinya tidak sekeras nada bicranya. Dia mudah sekali tersentuh bahkan hingga menangis. Aku selalu takut dengan ayah daridulu hingga kini. Bahkan aku menjadi anak rumahan karenanya. Namun kini aku menyadari semua itu ia lakukan semata-mata untuk menjagaku dari gangguan asing di luar sana. Ayah, walaupun ayah galak, keras dan tegas. Tetapi ayah tak pernah bosan memberikan sayap terlebarnya untuk melindungiku. Ayah, walaupun ayah galak, keras dan tegas. Tetapi ayah tak pernah gontai membingku melewati berbagai aral melintang. Ayah selalu mengingatku shalat dan mengaji. Semua itu ayah lakukan semata-mata untuk membawaku menuju surga Allah. Ayah, walaupun ayah terlihat cuek tetapi ayah sosok paling perhatian menurutku. Awalnya aku berfikir kenapa semua laki-laki termasuk ayah itu cuek ?? Tetapi kini aku sudah tau jawabannya. Engkau cuek karena ingin tetap terlihat kuat walaupun berbagai masalah sedang kau alami.
Saat ini ayah adalah seorang Teknisi Radio Komunikasi & Informasi. Nyali ayah memang luar biasa, hingga tak tanggung-tanggung, sudah banyak tower pemancar radio dan penangkal petir yang ia bangun. Ayah sering kali mendirikan tower dengan tinggi yang bisa mencapai 60 meter. Ayah juga sudah sering jalan-jalan ke berbagai Pulau di Indonesia karena kemampuannya itu. Ya, begitulah pekerjaannya. Dulu ia sempat bekerja di perusahaan mobil terkenal di Indonesia, namun ia pun mengundurkan diri. Lalu ia sempat berkerja juga di perusahaan yang jujur aku tidak paham bergerak di bidang apa namun aku sering melihat mobil perusahaan tersebut berhenti di depan mesin ATM dan memasukkan uang ke dalam mesin tersebut. Tetapi akhirnya ia dikeluarkan dari perusahaan itu karena dia lebih mementingkan hobinya yaitu memancing. Ya, dia memang gemar memancing di laut sampai-sampai 4 hari dia tidak masuk kerja tanpa kabar hingga di keluarkan dan dia tidak merasa sedih atau apapun. Dia justru senang karena tidak terikat lagi. Kini dia bekerja jika ada panggilan saja. Namun jika keuangan menipis, segala macam radio-radio komunikasi (seperti radio yang di taksi) dan argo taksi yang sebenarnya sudah rusak, ia perbaiki kembali kemudian ia jual.
 Ia memang sosok yang luar biasa & pantan menyerah. Ibu selalu bilang kepadaku, “Lihat ayah kamu, hebat kan ? Ga pernah nyerah buat kita, apalagi buat kamu. Lihat aja apapun yang kamu minta pasti di usahakan. Makanya kamu jangan ngelawan ayah terus. Turutin aja apa maunya walaupun kamu ngerasa benar, yasudah diam saja. Biarkan dia untuk menang. Dulu ibu juga kaya kamu, tapi ibu sadar kalau ayah di lawan, dia makin jadi. Biarkan dia melakukan yang ia suka asalkan masih dalam batas wajar”. Sejak itu aku menjadi selalu sedih melihat ayah tetapi ia selalu tersenyum di hadapanku walaupun ibu mengatakan bahwa ia ada masalah. Ya, itulah ayah.
Ayah memang jarang cerita kepadaku kalau ada masalah keuangan, selalu cerita dengan ibu yang kemudian ibu menyampaikannya. Ibu adalah mediator untuk kita. Sebenarnya masih banyak kisah tentang ayahku yang mungkin di alami oleh ayah kalian juga. Tetapi berhubung batrai laptopku sudah menipis, sepertinya cukup disini surat tentang ayah. Insya Allah kalau sudah mendapatkan modem karena modemku tertinggal di Semarang, aku akan melanjutkan lagi suratku tentang ayah. Bukan hanya tentang ayahku ku rasa, tetapi ayah kita semua. Imam keluarga kita semua. Pemimpin terbaik yang Allah anugrahkan kepada seluruh keluarga di dunia dengan berbagai agama, etnis dan status social.
Untuk ayah,  satu hal yang selalu aku banggakan untukmu dan untuk seluruh ayah di dunia ini, menurutku “KALIAN SEMUA HEBAT”.. Aku rasa bukan hanya ayahku yang selalu mengunci rapat bibirnya ketika ada sesuatu masalah yang ia fikir berkemungkinan besar akan mengganggu fikiran buah hatinya. Tetapi hal itu pula yang dilakukan para ayah di dunia ini. Mereka juga tak pernah menyerah untuk menghidupi keluarganya dengan beragam usaha yang ia lakukan namun tetap dalam koridornya. Seorang ayah juga rela melakukanhal berbahaya apapun demi menyelamatkan nyawa buah hatinya. Seorang ayah ialah seorang yang terlihat cuek dan tak peduli terhadap anak-anaknya . Tetapi di balik itu semua, dia adalah sosok paling  baik dan perhatian dengan kita. Ayah adalah orang pertama yang panik ketika ibu kita menyampaikan kabar buruk tentang kita. Ayah adalah orang yang pertama kali menahan tangisannya ketika tahu hal buruk yang menimpa kita. Dia selalu terlihat kuat dan tegar di balik senyum palsunya yang ternyata mengandung banyak kesedihan. Ayah, you’re my hero. You’re my sunshine. You’re my everthing.    After the mother died, only you is the only treasure that I have now. You're my jewel and you're my street lights when are dark. For this moment and forever, God willing, I promise to always try to make you happy and you're proud of me.


By Nella Ardiana
Kelas : 4 B
SDN SUKOMANUNGGAL III SURABAYA

@dwieka 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar