Cerpen Gadis

Gadis Yang Malang

Ada seorang gadis yang bernama Angelina, dan dia tidak bisa berbicara. Ia tinggal bersama neneknya di sebuah bangunan yang tinggi, sempit, tua, dan mereka tinggal di lantai enam dari duabelas deret anak tangga. Ya mungkin bangunan itu juga bisa disebut apartemen yang sangat tua. Mereka sangat miskin, karena mereka tidak memiliki apapun. Meskipun miskin, nenek Angelina juga sangat peduli akan etika makan dan perilaku sopan seorang wanita, dan lebih rela mati kelaparan daripada dianggap tidak tahu sopan santun. Pada musim dingin, tempat tinggal mereka itu sangat dingin, karena angin berhembus melalui retakan-retakan disekitar apartemen yang mereka tempati itu. Tapi, pada musim semi dan musim panas, burung-burung gereja, burung merpati, dan burung dara datang berbondong-bondong masuk melalui jendela apartemen mereka.
Nenek Angelina dulu seorang balerina, dan begitu pula ibunya. Jadi, tidak mengherankan bila setiap pagi, dari hari Senin sampai Sabtu, Angelina berada di sebuah ruangan yang lebar dan panjang, tiga lantai di bawah tempat tinggalnya. Bersama dengan dua puluh anak lainnya mereka berlatih balet pada seorang pelatih yang sangat tegas, dan pelatih itu bernama Alvaro. Pada siang hari ia belajar ilmu bumi, sejarah, bahasa inggris, atau terkadang Angelina pergi ke pasar untuk kebutuhan neneknya, yang sudah sangat tua dan rapuh (meskipun tubuhnya ramping, tegak, dan indah bagaikan wanita yang masih muda), dan nenek Angelina jarang keluar dari tempat tinggalnya. Pada hari Minggu, Angelina pergi ke gereja, tempat ia membuka mulutnya sesuai dengan lagu-lagu yang dinyanyikan, meskipun Angelina membuka mulutnya, Angelina tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Ibu Angelina meninggal ketika ia masih bayi. Ibu Angelina, yang dikenal sebagai balerina yang sangat profesional, dan ibu Angelina adalah balerina yang takkan terlupakan, karena suatu tarian seekor angsa yang terluka oleh panah seorang pemburu. Dan disaat itu ibu Angelina tidak mengeluarkan suara, karena mungkin itu kebiasaan seorang balerina. Suatu malam para penonton melihat tarian yang begitu indah. Malam itu, ketika ibu Angelina menjatuhkan diri di panggung pada akhir tariannya, ia melipat dirinya seperti angsa, dan dia tidak bangkit lagi.
Tepuk tangan dan sorak sorai penonton bergemuruh laksana petir. Mula-mula tak seorang pun menyadari apa yang sedang terjadi. Lima menit telah berlalu penonton pun mulai bingung dan kemudian terdiam. Seorang dokter pun datang dan naik ke atas panggung. Kemudian terdengar pengumuman dari pimpinan pertunjukan, dan diselingi isak tangis “Hadirin sekalian, balerina ini telah meningal! Kata dokter jantungnya lemah, dan terlalu lemah untuk menari, seandainya kami selaku pemimpin acara ini tau akan semua hal ini” Penonton pun terisak begitupula nenek Angelina yang berada dibelakang panggung, Bunga-bunga berdatangan dari seluruh negeri selama berminggu-minggu.
Setiap pagi, panas maupun hujan, bahkan pada musim dingin ketika salju turun kebumi, Angelina duduk di kursi dekat jendelanya, meletakkan siku di kusen jendela, menatap keluar, dan mencoba untuk berbicara. Kadang-kadang bila matahari bersinar, atau bahkan hujan turun, ia merasa bahagia bila duduk di kursinya itu. Angelina merasa nyaman ketika ia menatap ke luar jendela. Tapi, Angelina lebih sering sedih, karena ia ingin bisa berbicara. Namun, bagaimanapun ia mencoba, tak ada suara apapun yang keluar dari mulutnya itu.
Lalu nenek Angelina memanggilnya dan menyuruh cepat-cepat berganti pakaian, karena ia harus masuk kelas pada pukul sembilan, dan ia pun akan beranjak dari tempat duduknya dan menuruti perintah neneknya itu. Untuk menghadiri kelas setiap pagi, Angelina menggunakan stoking warna merah muda, sepatu balerina, gaun putih yang berpinggang ramping, dan rok yang panjangnya tiga inci di atas betis. Ia menata rambutnya dengan belahan tengah lalu disanggul kecil, dan sebuah jaring rambut hitam yang selalu membuat rambutnya rapi. Saat itu Tyas belajar menari di atas ujung jari kaki. Seperti biasa setelah latihan ia langsung pulang ke tempat tinggalnya, karena neneknya tidak memperbolehkannya keluar bila tidak ada kegiatan yang sangat penting.
Sarapan setiap paginya cuman roti sengan seoles selai coklat dan susu yang dihangatkan di panci penggorengan diatas kompor kecil yang sangat sederhana. Makanan sehari-hari mereka tak pernah mencukupi, tak heran kalau Angelina dan neneknya begitu kurus.
“Duduk yang tegak, Angel” kata nenek Angelina “Ingat, punggung jangan pernah menempel pada kursi”, Angelina hanya tersenyum dan menuruti semua perintah neneknya itu.
Anak-anak perempuan dan laki-laki berkumpul disitu menjelang latihan pagi. Gadis-gadis memakai stoking merah muda dan rok yang panjangnya tiga inci dari atas betis, sedangkan laki-laki memakai celana hitam sebetis, ikat pinggang hitam, dan rompi pendek berwarna putih. Dan setelah sampai didepan pintu ruangan tersebut, Angelina masuk dengan kepala menunduk, karena sebenarnya disaat seperti itulah hati Angelina sangatlah tercekat.
“Sombong” Salah satu gadis berbicara seperti itu sambil menatap Tyas, biasanya sich Christy, anak yang berambut merah dan bermata cokelat. “Tidak mau bicara, mentang-mentang ibunya seorang balerina profesional”
Memang di kelas tari itu, Angelina tidak memiliki seorang teman. Tapi, setelah masuk ke dalam kelas, segalanya terasa lebih nyaman.
Angelina tidak suka datang ke kelas pagi-pagi, sementara semua orang masih mengobrol, karena tentu saja, ia tidak bisa menjelaskan kenapa ia tidak bisa ikut mengobrol. Ia selalu berusaha datang ke kelas saat Mr.Alvaro menyuruh semua murid berkumpul. Sejak saat itu suasana berubah menjadi sunyi. Mr.Alvaro memulai latihan dengan berdoa.
Mr.Alvaro bertubuh kurus dan kecil, kelihatannya ia hanya hidup dadri obat-obatan yang dia minum. Dia sering berkelakuan seolah-olah kepalanya sakit, seakan-akan segalanya begitu memusingkan dirinya, dan mungkin dunia ini sangat menyebalkan. Tapi, begitu anak-anak mulai menari dan menuruti semua perintahnya, suasana hatinya mulai membaik. Mula-mula ia bersungut-sungut, tapi makin lama makin ceria, seperti sudah lupa akan semua yang memusingkan dirinya. Sesungguhnya ia sangat ingin mendekati Angelina, karena ia pernah menari dengan ibunya, dan setiap hari ia melihat sedikit gerakan atau sikap kepala dan lengan yang mengingatkannya pada ibunya. Diam-diam ia sering mencuri pandang penuh kebanggaan ke arah Angelina, karena ia yakin suatu hari Angelina akan menjadi penari pofesional seperti ibu dan neneknya.
Dan memang, Angelina suka menari. Ia suka bergerak, menari, sampai anggota tubuhnya yang kecil terasa hangat dan lentur. Angelina suka menari karena itulah cara lain untuk berbicara, sekalipun ia bisu. Memang benar, dia tidak bisa berbicara dengan bibir, lidah, dan mulutnya. Tapi, ketika sedang menari, lengan dan kakinya, juga tubuh dan kepalanya yang tegak, mapu berbicara. Ia merasa ada sedikit beban di hatinya.
Selain menyukai tari, Angelina juga menyukai musik. Disekolahnya ada pianis. Pianis disekolah itu adalah murid sekolah musik yang miskin, wajahnya kurus dan lesung, dan matanya kelam. Ia bermain dengan sabar sepanjang waktu latihan, berusaha memainkan pianonya dengan tepat, berhenti dan memulai sesuai instruksi Mr.Alvaro. Tapi setelah pelajaran usai, ia biasa memainkan musik indah seakan-akan karena rasa sukanya itu, sementara setiap anak mengumpulkan barang bawaan mereka masing-masing, berpamitan, dan pergi. Sedangkan Angelina, memperlambat berkemas, hanya untuk mendengarkan musik indah itu hingga selesai.
Pada suatu pagi, setelah latihan. Mr.Alvaro mengizinkan mereka pulang. Mr.Calvin, si pianis itu, mulai mamainkan lagu paling indah yang pernah di dengar oleh Angelina. Mula-mula agar bisa mendengar lagu indah tersebut, Angelina duduk di lantai berpura-pura sibuk dengan pita sepatunya, mengikat lalu membukanya lagi selama beberapa kali. Tapi, tak lama kemudian ia lupa bahwa dia sedang berpura-pura. Sementara Mr.Calvin terus bermain. Angelina berdiri lalu melangkah mendekati piano tersebut.
Setelah Mr.Calvin berhenti bermain. Tanpa sadar akan kehadiran Angelina di sampingnya, ia menutup pianonya. Lalu ia bangkit, mengambil mantelnya dari gantungan, dan keluar.
Ruangan itu telah kosong. Semua telah pergi. Angelina berjalan ke pojok ruangan yang berdebu itu, duduk di lantai dengan gaun putihnya, tanpa suara dan menangis seakan-akan hatinya telah hancur. Tangis Angelina bukan tanpa suara, hanya saja suara itu begitu pelan sehingga hanya seekor tikus yang bisa mendengarnya.
Di sudut belakang ruang latihan balet yang besar, panjang, dan berdebu itu, ada sebuah lubang tikus. Dan kalau ada kucing yang bisa melihat ke dalam lubang tersebut, tentulah ia akan terkejut melihat pemandangan di situ. Lubang tikus itu di dalamnya hampir mirip dengan ruang latihan balet tersebut. Tikus itu keluar dari rumah, karena ia penasaran dengan suara tangis tersebut.
Tapi, Angelina terbur-buru untuk pulang, karena ia tau kalau neneknya sudah menunggunya dan ia takut kalau neneknya memarahinya. Akhirnya Angelina pulang, sesampai dirumah ia ragu untuk membuka pintu, ia melihat jam tangan yang ia pakai, ternyata ia terlambat 45 menit. Akhirnya dengan berani Angelina masuk ke dalam rumahnya dan mengucapkan.
“nenek aku pulang.” ucap Angelina.
“darimana saja kamu? Apa kamu sudah lupa sikap disiplin?” tanya neneknya.
“maaf nek, aku tadi habis mendengarkan musik yang dimainkan oleh Mr.Calvin di kelas baletku.” Jawab Angelina.
“tapi, seharusnya kamu ingat waktu Angel.” Jawab neneknya dengan ramah.
“maaf nek.” Jawab Angelina sambil menundukan kepalanya.
“iya, sekarang kamu makan, sudah nenek sediakan makanan di tempat makan itu.” Kata neneknya.
“iya nek, terima kasih.” Jawab Angelina sambil meninggalkan tempat.
Setelah makan, nenek Angelina menyuruhnya untuk pergi ke pasar, karena kebutuhan mereka sudah mulai habis. Nenek Angelina hanya menyuruh untuk membeli teh, roti, susu, dan selai, karena mereka tidak pernah makan nasi. Akhirnya Angelina berangkat ke pasar. Meskipun Angelina di tanya sama orang-orang yang ada di pasar, Angelina pun tidak menjawab, sempat ada orang yang menyebutnya sombong. Tapi, Angelina hanya diam, karena mungkin itu sudah kebiasaanya. Setelah menemui toko yang mau dia beli. Dia langsung memilih barang kebutuhannya sendiri dan membayarnya. Setelah berbelanja, Angelina langsung pergi, karena dia berfikir kalau di luar adalah penjara buat dirinya.
Sesampai di rumah, dia terkejut karena neneknya tidak ada di rumah. Setelah mencari di setiap ruangan, dia melihat neneknya tergeletak di lantai dapur. Angelina langsung mengangkatnya, dan menaruhnya di tempat tidurnya. Angelina membuatkan teh dan roti buat neneknya. Angelina menunggu hingga neneknya sadar. 2 jam menunggu, akhirnya nenek Angelina sadar, dan Angelina menyuruhnya untuk minum teh yang sudah dia buat tadi. Semenjak neneknya sakit, semua perkerjaan rumah menjadi tanggung jawab Angelina.
Keesokan harinya, Angelina termenung di tempat tidurnya. Entahlah apa yang sedang di fikirkan Angelina saat itu. Sampai-sampai Angelina tidak mendengarkan panggilan dari neneknya.
“Angel.... apakah kamu tidak berangkat latihan menari?” tanya neneknya dengan keras, sehingga membuat Angelina kaget.
“tidak nenek, jika Angelina berangkat latihan siapa yang akan merawat nenek?” jawab Angelina.
“nenek baik-baik saja, sekarang kamu ganti pakaian dan berangkat latihan, nenek bisa melakukan semuanya sendiri.” Jawab neneknya.
“baiklah kalau itu kemauan nenek, aku akan pergi latihan.” Jawab Angelina.
Sebenarnya Angelina tidak rela untuk meninggalkan neneknya sendirian di bangunan tersebut, karena dia takut jika neneknya kenapa-napa. Karena itu kemauan neneknya, akhirnya Angelina berangkat latihan. Angelina sudah merasa jika dia telat untuk menari. Sesampai di depan tempat latihan. Angelina mengetuk pintu dan membukanya. Semua anak menoleh ke arahnya begitupula Mr.Alvaro dan Mr.Calvin.
“kenapa kamu terlambat Angel?” tanya Mr.Alvaro.
“maaf Mr. Nenek aku lagi sakit dan aku perlu menjaganya.” Jawab Angelina.
“baiklah, nanti setelah latihan kita pulang bersama, karena aku mau menjenguk nenekmu.” Ajak Mr.Alvaro.
“baiklah, kalau itu memang kemauan Mr.” Jawab Angelina.
Setelah latihan Angelina langsung pulang bersama dengan Mr.Alvaro, sesampai di depan rumah Angelina. Ia mengetuk pintu dan membukanya.

“nenek aku pulang bersama Mr.Alvaro.” Kata Angelina, tetapi neneknya tidak menjawabny. Angelina mulai panik, dan ia menemukan neneknya tergeletak di dapur. Ia mengangkat neneknya, dan Mr.Alvaro memanggil seorang dokter. Angelina dan Mr.Alvaro menunggu dokter tersebut, dan berharap dokter cepat datang. 1 jam menunggu akhirnya dokter pun datang. Dokter memeriksa keadaan neneknya hingga beberapa kali, akhirnya perkiraannya pun benar, dan akhirnya ia memberitahukan kepada Angelina dan Mr.Alvaro, jika neneknya telah meninggal dunia. Seketika Angelina kaget dan menangis. Dan dia berfikir bahwa dunia ini telah tidak adil, karena semua orang yang dia sayangi sudah meninggalkan dirinya. Mr.Alvaro ikut sedih akan hal itu, dan ia mengangkat Angelina sebagai anaknya sendiri, dan tinggal bersamanya. Mr.Alvaro bercerita, jika ayah Angelina belum meninggal, tetapi ayahnya meninggalkan rumah, karena nenek Angelina tidak menyetujui jika ibunya menikah dengan ayahnya, bahkan neneknya menyuruh ibunya menikah dengan Mr.Alvaro. Seketika Angelina langsung memeluk Mr.Alvaro.

By Natasya Emilia Sari
Kelas : 8.3
No.Absen : 29
Sekolah : SMP Taman Pelajar

@dwieka 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar