Bahan
Tambahan Pangan
DEFINISI
Bahan Tambahan
Pangan (BTP) dalam pengertian luas adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
produk pangan selain bahan baku utama. Secara khusus BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau karakteristik pangan,
baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi. BTP dapat ditambahkan pada
proses produksi, pengemasan, transportasi atau penyimpanan.
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1996 Tentang Pangan, Yang dimaksud "bahan tambahan pangan"
adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental.
Manfaat BTP
- Mempertahankan konsistensi produk makanan Misalnya :
Emulsifier menjadikan produk makanan mempunyai tekstur yang konsisten;
contoh, susu yang diawetkan tidak terpisah
- Memperbaiki atau memelihara nilai gizi. Contohnya
adalah: Vitamin dan mineral yang umumnya ditambahkan ke dalam makanan
seperti susu, tepung, dan lain-lain dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
gizi orang yang kekurangan gizi, atau untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi bahan makanan tsb yang
kemungkinan hilang akibat pemrosesan.
- Menjaga cita rasa dan sifat produk makanan secara
keseluruhan. Contoh : Bahan pengawet mempertahankan mutu produk makanan
dari mikrobia yang dapat menyebabkan kerusakan produk, misal berjamur atau
busuk.
- Menjaga tingkat keasaman atau kebasaan makanan yang
diinginkan. Contoh : Bahan pengembang menghasilkan gas karbon dioksida
sehingga tekstur biskuit, cake dan produk sejenis lainnya mengembang.
- Memperkuat rasa atau memberikan warna tertentu yang
dikehendaki. Beberapa bumbu dan penyedap rasa baik buatan maupun alami
memperkuat rasa makanan. Warna kuning dari pewarna kuning buatan (BTP)
tartrazine atau kurkumin dari kunyit memberi warna khas pada produk.
Apa yang
termasuk BTP ?
Menu`rut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP bukan
ingredien khas makanan, dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi serta
sengaja ditambahkan ke dalam pangan olahan
sesuai dengan tujuannya.
BTP yang diizinkan menurut Permenkes RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 antara lain :
- Pewarna
- Pemanis buatan
- Pengawet
- Antioksidan
- Antikempal
- Penyedap dan pengawet rasa serta aroma
- Pengatur keasaman
- Pemutih dan pematang tepung
- Pengemulsi
- Pemantap dan pengental
- Pengeras
- Sekuestran (pengikat ion logam)
Selain itu, masih ada BTP lain yang digunakan dalam
makanan contohnya adalah :
- Enzim yaitu BTP dari hewan, tanaman atau mikroba
yang dapat menguraikan komponen pangan secara enzimatis
- Penambah gizi yaitu asam amino, mineral dan vitamin.
- Humektan yaitu BTP dapat mengikat uap air agar
produk tetap lembab.
Apakah BTP
alami lebih aman dari pada BTP buatan ?
BTP seperti
lesitin yang dibuat dari bahan alami seperti kedelai dan jagung digunakan untuk
memelihara tekstur produk. Namun demikian, beberapa BTP yang bermanfaat tidak
ditemukan di alam dan harus dibuat oleh manusia. BTP buatan dapat diproduksi
secara efisien, mempunyai kemurnian yang tinggi dan mutunya konsisten
dibandingkan dengan BTP alami. BTP baik yang alami maupun buatan dapat
dibuktikan sama-sama aman jika digunakan secara proporsional dan benar.
Apakah BTP
alami lebih aman karena bebas bahan kimia ?
Semua makanan,
apakah yang dipetik dari kebun (belum diolah) maupun yang dibeli di supermarket
(produk olahan) – tersusun dari senyawa kimia. Sebagai contoh, vitamin C atau
asam askorbat yang terkandung di dalam buah jeruk adalah serupa struktur
kimianya dengan yang ditemukan dan diproduksi di laboratorium. Semua bahan baku
yang ada di dunia ini terdiri dari susunan kimia yang mengandung unsur atau komponen
karbon, hidrogen, oksigen dan komponen lainnya. Komponen-komponen ini terangkai
sedemikian rupa menjadi protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral
seperti yang terkandung di dalam makanan. BTP alami jika akan digunakan untuk
proses produksi harus dimurnikan, dan hal tersebut dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia. Dengan demikian pasti terdapat residu kimia. Yang harus
digaris-bawahi, gunakan BTP jika memang diperlukan, gunakan sesuai dengan
kebutuhan dan jangan melewati ambang batas yang ditetapkan.
Resiko BTP
Pembelajaran
tentang BTP secara benar diperlukan untuk produsen dan konsumen. BTP bukan
sesuatu yang harus ditakuti jika produsen dan konsumen mengikuti aturan yang
telah ditetapkan BPOM. BTP dapat menimbulkan resiko yang merugikan bagi
kesehatan masyarakat jika :
- Menggunakan BTP yang bersifat bukan untuk pangan (non
food grade)
- Menggunakan takaran melebihi batas maksimum yang
diizinkan Permenkes
No. 722/MenKes/Per/IX/88 tentang BTP
- Menggunakan BTP secara tidak tepat
Bagaimana cara
mengukur keamanan BTP ?
Evaluasi
keamanan BTP didasarkan pada sejumlah kajian data toksikologi (keracunan) yang
diijinkan pada model hewan maupun manusia. Jika batas maksimum BTP tidak
memperlihatkan adanya efek racun, ini disebut “No Observed – Adversed Effect
Level” (NOAEL) dan digunakan untuk penentuan nilai “Acceptable Daily Intake”
(ADI). ADI adalah batas aman BTP yang boleh
dikonsumsi setiap harinya di dalam diet sepanjang waktu tanpa
menimbulkan resiko kesehatan apapun.
1. BTP ANTIOKSIDAN
Antioksidan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Antioksidan Adalah
Bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi.
Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk melindungi komponen-komponen
makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap), terutama lemak
dan minyak. Meskipun demikian
antioksidan dapat pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin
dan pigmen, yang juga banyak mengandung ikatan rangkap di dalam strukturnya.
Adanya ion
logam, terutama besi dan tembaga, dapat mendorong terjadinya oksidasi
lemak. Ion-ion logam ini seringkali
diinaktivasi dengan penambahan senyawa pengkelat, dan dapat juga disebut
bersifat sinergistik dengan antioksidan karena menaikkan efektivitas
antioksidan utamanya.
Untuk dapat
digunakan sebagai antioksidan, suatu senyawa harus mempunyai sifat-sifat :
tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%), dapat
terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik) dan harus
dapat tahap pada kondisi pengolahan pangan umumnya.
Berdasarkan
sumbernya antioksidan dapat digolongkan ke dalam dua jenis. Pertama, antioksidan yang bersifat alami, seperti komponen
fenolik/flavonoid, vitamin E, vitamin C dan beta-karoten. Kedua, antioksidan sintetis
seperti BHA (Butylated Hydroxyanisole),
BHT (Butylated Hydroxytoluene), PG
(Propil Galat), dan TBHQ (di-t-Butyl Hydroquinone). Tabel 1 menunjukkan komponen-komponen flavonoid yang
memiliki aktivitas antioksidan beserta sumbernya
BHA
(Butylated Hydroanisole). BHA merupakan campuran dua isomer, yaitu 2-
dan 3-tertbutilhidroksianisol. Di antara
kedua isomer tersebut, isomer 3-tert memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
efektif dibandingkan isomer 2-tert.
Bentuk fisik BHA adalah padatan
putih menyerupai lilin, bersifat larut dalam lemak dan tidak larut dalam air.
BHT
(Butylated Hydroxytoluene).
Sifat-sifat BHT sangat mirip dengan BHA dan bersinergis dengan BHA.
Propil Galat. Propil galat merupakan ester propanol dari
asam trihidroksi benzoat. Bentuk fisik
propil galat adalah kristal putih.
Propil galat memiliki sifat-sifat : (1) dapat bersinergis dengan BHA dan
BHT, (2) sensitif terhadap panas, (3) membentuk kompleks berwarna dengan ion
logam, oleh karenanya jika dipakai dalam makanan kaleng dapat mempengaruhi
penampakan produk.
TBHQ
(Tertiary Butylhydroquinone). TBHQ merupakan
antioksidan yang paling efektif dalam minyak makan dibandingkan BHA, BHT, PG
dan tokoferol. TBHQ memiliki
sifat-sifat: (1) bersinergis dengan BHA (2) cukup larut dalam lemak (3) tidak
membentuk komplek dengan ion logam tetapi dapat berubah menjadi merah muda,
jika bereaksi dengan basa
Dosis pengunaan tiap-tiap antioksidan sintetik ini tidak
sama untuk masing-masing negara. Tabel 2
menunjukkan dosis pemakaian antioksidan BHA, BHT, Galat dan TBHQ di beberapa
negara
Jenis-jenis
Antioksidan
Jenis antioksidan yang diizinkan
digunakan dalam pangan terdiri dari:
a.
Ascorbic
Acid (Asam askorbat dan garamnya (natrium askorbat, kalsium askorbat, dan kalium askorbat))
b.
Ascorbil
palmitate (Askorbil palmiat)
c.
Ascorbil
stearate (Askorbil
stearat)
d.
Erythrobic
Acid ((Asam eritrobat dan garamnya (natrium eritrobat))
e.
Tertiary
butyl hydroquinone (TBHQ) (Butil Hidrokinon Tersier)
f.
Butylated
hydroxyanisole (BHA) (Butil Hidroksianisol)
g.
Butylated
hydroxy Toluene (BHT) (Butil Hidroksitoluen)
h.
Propyl
gallate (Propil galat)
i.
Tocopherol (tokoferolcampuran
pekat, alfa tokoferol dan gama tokoferol), yang telah diyakini keamanannya.
j.
Dilauryl
Thiodipropionate (Dilauril Tiodipropionat)
k.
Stannous
Chloride (Timah II
Klorida)
2. BTP ANTI
KEMPAL
Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/
IX/88, anti kempal dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk.
Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam
meja).
Fungsi Anti Kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat
mengikat air tanpa menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan
yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja, campuran kering (dry mixes), dan lain-lain. Penambahan senyawa anti kempal bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan
menjaga agar bahan tersebut tetap dapat dituang (free flowing).
Mekanisme Kerja
Senyawa anti kempal biasanya merupakan garam-garam anhidrat
yang bersifat cepat terhidrasi dengan mengikat air, atau senyawa-senyawa yang
dapat mengikat air melalui pengikatan di permukaan (surface adhesion) tanpa menjadi basah dan menggumpal.
Senyawa-senyawa tersebut biasanya adalah senyawa yang secara alami berbentuk
hampir kristal (near crystalline). Senyawa
anti kempal dapat digolongkan menjadi :
a.
Garam
(aluminium, amonium, kalsium, potassium, dan sodium).
b.Kalsium posfat.
c.
Magnesium
oksida.
d.
Garam
(magnesium, kaslium, dan campuran kalsium aluminium) dari asam silikat.
Senyawa golongan 1, 2, dan 3 membuat hidrat, sedangkan
senyawa 4 dan 5 menyerap air. Senyawa anti kempal biasanya dapat dimetabolisme
atau tidak toksik pada tingkat penggunaan yang diizinkan. Kalsium silikat
banyak digunakan untuk menghindari penggumpalan baking powder dan mempunyai kemampuan untuk mengikat air 2,5 kali
dari beratnya. Selain mengikat air, kalsium silikat juga dapat mengikat minyak
dan senyawa-senyawa nonpolar lainnya.
Sifat inilah yang membuat kalsium silikat banyak digunakan
di dalam campuran-campuran yang mengandung bumbu, terutama yang kandungan
minyak atsirinya tinggi. Kalsium stearat sering digunakan sebagai processing aid dalam pembuatan permen
keras (hard candy). Senyawa anti
kempal yang relatif baru dikembangkan adalah bubuk selulose berkristal mikro (microcrystalline cellulose powder). Senyawa
ini banyak dipakai untuk produk keju
parut agar tidak membentuk gumpalan
Bahan-bahan
makanan yang tergolong bahan anti kempal di antaranya:
- Aluminium Silicate (Aluminium silikat)
- Calcium Aluminium Silicate (Kalsium aluminium silikat)
- Calcium Silicate (Kalsium silikat)
- Magnesium Carbonate (Magnesium karbonat)
- Magnesium Oxide (Magnesium oksida)
- Magnesium Silicate Magnesium silikat
- Sodium Alumino Silicate (Natrium alumino silikat)
- Myristic Acid, Palmitic Acid
and Stearic Acid
(Miristat, palmitat dan stearat)
- Silicon Dioxide amorpus (Silikon Dioksida Amorf)
- Cacium Phospate, Tribasic (Trikalsium fosfat)
- Magnesium Phospate, Tribasic (Trimagnesium fosfat)
3. BTP PENGATUR KEASAMAN
Defenisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.722/Menkes/ Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pengatur keasaman
adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan
mempertahankan derajat keasaman makanan. Zat aditif ini dapat mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat,
aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam
sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.
Fungsi
Asam, baik
organik maupun anorganik, secara alami terdapat di dalam bahan pangan.
Keberadaannya beragam, dari sebagai metabolit antara hingga sebagai komponen
pendapar (buffering agent). Asam
seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan dan proses pengolahan pangan.
Fungsinya
yang paling penting adalah sebagai senyawa pendapar. Asam dan garamnya sering
pula ditambahkan sebagai campuran pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba dan senyawa pengkelat. Asam berperan sangat
penting dalam pembentukan gel pektin, dapat bertindak sebagai penghilang busa (defoaming agent) dan membantu proses
denaturasi protein dalam pembuatan yogurt, keju, dan produk-produk fermentasi
susu lainnya. Dalam proses pengolahan buah dan sayuran, asam sering ditambahkan
untuk menurunkan pH dan mengurangi kebutuhan panas selama proses sterilisasi.
Fungsi lain dari asam yang tak kalah pentingnya, tentu saja adalah
kontribusinya terhadap rasa dan aroma bahan pangan. Asam juga mempunyai
kemampuan untuk mengubah dan meningkatkan intensitas rasa dari komponen
citarasa lainnya. Asam lemak rantai pendek berkontribusi terhadap aroma
berbagai makanan.
Bahan-bahan
yang tergolong pengatur keasaman di antaranya:
- Alumunium Amonium Sulfat
- Aluminium Natrium Sulfat
- Alumunium kalium Sulfat
- Amonium Bikarbonat
- Amonium Hidroksida
- Amonium Karbonat
- Asam Adipat
- Asam Asetat Glasial
- Asam Fosfat
- Asam Fumarat
- Asam Klorida
- Asam Laktat
- Asam Malat
- Asam Sitrat
- Asam Tartrat
- Diamonium Fosfat
- Dikalsium Fosfat
- Dinatrium Fosfat
- kalium Bikarbonat
4. BTP PEMANIS BUATAN
Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pemanis buatan adalah
bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang
tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
Yang
dimaksud dengan BTP Pemanis Buatan adalah BTP yang dapat menyebabkan rasa manis
pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori.
Bahan ini hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu.
Pemanis buatan pada awalnya diproduksi
komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita
Diabetes mellitus yang harus mengontrol kalori makanannya. Dalam
perkembangannya, pemanis buatan juga digunakan untuk meningkatkan rasa manis
dan citarasa produk-produk yang mengharuskan rasa manis dan di dalamnya sudah
terkandung gula. Ketentuan terkait pemanis buatan dikeluarkan BPOM berupa SK
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang
Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk
Pangan.
Peraturan Teknis ini terdiri dari :
a)
Ketentuan Umum berisi definisi dan informasi yang perlu diketahui.
b)
Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
- Penggunaan Umum Pemanis Buatan.
- Penggunaan Pemanis Buatan
Golongan Poliol.
- Persetujuan Penggunaan Pemanis
Buatan.
- Larangan Penggunaan Pemanis
Buatan Dalam Produk Pangan.
c) Ketentuan Label.
d) Pengawasan dan Pembinaan.
e) Sanksi.
f) Ketentuan Peralihan.
2. BTP ANTI
KEMPAL
Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MENKES/PER/
IX/88, anti kempal dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk.
Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam
meja).
Fungsi Anti Kempal adalah senyawa anhidrat yang dapat
mengikat air tanpa menjadi basah dan biasanya ditambahkan ke dalam bahan pangan
yang bersifat bubuk atau partikulat seperti garam meja, campuran kering (dry mixes), dan lain-lain. Penambahan senyawa anti kempal bertujuan untuk mencegah terjadinya penggumpalan dan
menjaga agar bahan tersebut tetap dapat dituang (free flowing).
Mekanisme Kerja
Senyawa anti kempal biasanya merupakan garam-garam anhidrat
yang bersifat cepat terhidrasi dengan mengikat air, atau senyawa-senyawa yang
dapat mengikat air melalui pengikatan di permukaan (surface adhesion) tanpa menjadi basah dan menggumpal. Senyawa-senyawa
tersebut biasanya adalah senyawa yang secara alami berbentuk hampir kristal (near crystalline). Senyawa anti kempal
dapat digolongkan menjadi :
a.
Garam
(aluminium, amonium, kalsium, potassium, dan sodium).
b.Kalsium posfat.
c.
Magnesium
oksida.
d.
Garam
(magnesium, kaslium, dan campuran kalsium aluminium) dari asam silikat.
Senyawa golongan 1, 2, dan 3 membuat hidrat, sedangkan
senyawa 4 dan 5 menyerap air. Senyawa anti kempal biasanya dapat dimetabolisme
atau tidak toksik pada tingkat penggunaan yang diizinkan. Kalsium silikat
banyak digunakan untuk menghindari penggumpalan baking powder dan mempunyai kemampuan untuk mengikat air 2,5 kali
dari beratnya. Selain mengikat air, kalsium silikat juga dapat mengikat minyak
dan senyawa-senyawa nonpolar lainnya.
Sifat inilah yang membuat kalsium silikat banyak digunakan
di dalam campuran-campuran yang mengandung bumbu, terutama yang kandungan
minyak atsirinya tinggi. Kalsium stearat sering digunakan sebagai processing aid dalam pembuatan permen keras
(hard candy). Senyawa anti kempal
yang relatif baru dikembangkan adalah bubuk selulose berkristal mikro (microcrystalline cellulose powder). Senyawa
ini banyak dipakai untuk produk keju
parut agar tidak membentuk gumpalan
Bahan-bahan
makanan yang tergolong bahan anti kempal di antaranya:
- Aluminium Silicate (Aluminium silikat)
- Calcium Aluminium Silicate (Kalsium aluminium silikat)
- Calcium Silicate (Kalsium silikat)
- Magnesium Carbonate (Magnesium karbonat)
- Magnesium Oxide (Magnesium oksida)
- Magnesium Silicate Magnesium silikat
- Sodium Alumino Silicate (Natrium alumino silikat)
- Myristic Acid, Palmitic Acid
and Stearic Acid
(Miristat, palmitat dan stearat)
- Silicon Dioxide amorpus (Silikon Dioksida Amorf)
- Cacium Phospate, Tribasic (Trikalsium fosfat)
- Magnesium Phospate, Tribasic (Trimagnesium fosfat)
3. BTP PENGATUR KEASAMAN
Defenisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.722/Menkes/ Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pengatur keasaman
adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan
mempertahankan derajat keasaman makanan. Zat aditif ini dapat mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat,
aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam
sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.
Fungsi
Asam, baik
organik maupun anorganik, secara alami terdapat di dalam bahan pangan.
Keberadaannya beragam, dari sebagai metabolit antara hingga sebagai komponen
pendapar (buffering agent). Asam
seringkali ditambahkan ke dalam bahan pangan dan proses pengolahan pangan.
Fungsinya
yang paling penting adalah sebagai senyawa pendapar. Asam dan garamnya sering
pula ditambahkan sebagai campuran pembentuk adonan (leavening system), sebagai antimikroba dan senyawa pengkelat. Asam berperan sangat
penting dalam pembentukan gel pektin, dapat bertindak sebagai penghilang busa (defoaming agent) dan membantu proses
denaturasi protein dalam pembuatan yogurt, keju, dan produk-produk fermentasi
susu lainnya. Dalam proses pengolahan buah dan sayuran, asam sering ditambahkan
untuk menurunkan pH dan mengurangi kebutuhan panas selama proses sterilisasi.
Fungsi lain dari asam yang tak kalah pentingnya, tentu saja adalah
kontribusinya terhadap rasa dan aroma bahan pangan. Asam juga mempunyai
kemampuan untuk mengubah dan meningkatkan intensitas rasa dari komponen
citarasa lainnya. Asam lemak rantai pendek berkontribusi terhadap aroma
berbagai makanan.
Bahan-bahan
yang tergolong pengatur keasaman di antaranya:
- Alumunium Amonium Sulfat
- Aluminium Natrium Sulfat
- Alumunium kalium Sulfat
- Amonium Bikarbonat
- Amonium Hidroksida
- Amonium Karbonat
- Asam Adipat
- Asam Asetat Glasial
- Asam Fosfat
- Asam Fumarat
- Asam Klorida
- Asam Laktat
- Asam Malat
- Asam Sitrat
- Asam Tartrat
- Diamonium Fosfat
- Dikalsium Fosfat
- Dinatrium Fosfat
- kalium Bikarbonat
4. BTP PEMANIS BUATAN
Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Pemanis buatan adalah
bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, yang
tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
Yang
dimaksud dengan BTP Pemanis Buatan adalah BTP yang dapat menyebabkan rasa manis
pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori.
Bahan ini hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu.
Pemanis buatan pada awalnya diproduksi
komersial untuk memenuhi ketersediaan produk makanan dan minuman bagi penderita
Diabetes mellitus yang harus mengontrol kalori makanannya. Dalam
perkembangannya, pemanis buatan juga digunakan untuk meningkatkan rasa manis
dan citarasa produk-produk yang mengharuskan rasa manis dan di dalamnya sudah
terkandung gula. Ketentuan terkait pemanis buatan dikeluarkan BPOM berupa SK
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.5.1.4547 tentang
Persyaratan Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk
Pangan.
Peraturan Teknis ini terdiri dari :
a)
Ketentuan Umum berisi definisi dan informasi yang perlu diketahui.
b)
Penggunaan Pemanis Buatan Dalam Produk Pangan.
- Penggunaan Umum Pemanis Buatan.
- Penggunaan Pemanis Buatan
Golongan Poliol.
- Persetujuan Penggunaan Pemanis
Buatan.
- Larangan Penggunaan Pemanis
Buatan Dalam Produk Pangan.
c) Ketentuan Label.
d) Pengawasan dan Pembinaan.
e) Sanksi.
f) Ketentuan Peralihan.
@ dwieka2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar